G-SPOT

G-SPOT

Selasa, 15 Juni 2010

Mari beRetorika Dan mengetahui Tatacara Mengaplikasikannya

Tanggung jawab seorang muslim, terutama adalah aktivis gerakan Islam adalah ber-dakwah. Berdakawah dengan tujuan menyelamatan umat manusia dari kesesatan menuju kebenaran dengan cara yang baik dan santun. Baik disampaikan dangan tindakan dengan lisan atau dengan hati, tetap dakwah harus dilakukan. Kalau kita melihat para aktivis dakwah melakukan dakwah terhadap 200 juta lebih penduduk Indonesia masih sangat kurang. Kenyataan di lapangan banyak aktivis dakwah tidak PeDe dengan kemampuan dirinya dalam menyampaikan yang haq. Kalau kita teliti mengapa terjadi demikian, jawabnya sangat beragam.Tetapi dapt kita tarik kesimpulan adalah kebanyakan karena tidak memahami bagaimana berdakwah dan memiliki keberanian yang cukup dalam menyampaikan pendapat. Hal ini sebenarnya bukan masalah yang berarti tetapi kalu tidak segera di tanggulangi maka akan menyebabkan permasalahan dan akan lahir aktivis gerakan Islam yang mandul, malu karena tidak mampu berbicara di depan umum dan menyampaikan pendapatnya. Kenapa harus malu kita mau berlatih berbicara didepan umum.

Jangan Takut Menjadi Orang Takut !
Siapakah yang tidak pernah melakukan keburukan/kesalahan sedikitpun? Semua orang pernah merasakan kesalahan dan berakibat ketakutan pada diri kita, meskipun dia yang kita kenal sekarang adalah orator ulung.
Kita semua mungkin, pernah gemetar dan berkeringat dingin serta jantung berdegup kencang ketika di suatu ruangan kuliah,rapat atau seminar kita diminta untuk berpidato. Atau agar tidak ditunjuk kita sengaja menundukkan kepala dan tidak menatap si pembicara. Tahukah kita yang menyebabkan demikian? Ada tiga hal yang membuat kita takut dalam berpidato di depan orang banyak (publik) : ketakutan, sempitnya wawasan dan sedikit pengalaman. Tiga hal tersebut bukanlah masalah hanya kendala yang dapat di antisipasi oleh diri kita sendiri.

Dale carnigie memberikan sebuah rumusan agar kita dapat mengantisipasi hal tersebut:
1. Mulailah dengan motivasi yang kuat (Ikhlas)
2. Ketahuilah sepenuhnya apa yang kita bicarakan (Pengetahuan)
3. Bicaralah dengan penuh keyakinan (Semangat)
4. Berlatihlah…berlatihlah…berlatihlah…(Pembiasaan-Dibiasakan)

DR. Akrim Ridha secara ringkas mengatakan selain dari tiga hal di atas yang menyebabkan kita takut berbicara di depan publik adalah:
1. Ketakutan yang menular dari orang lain
2. Perhatian terhadap sebagian hadirin audiens
3. Berlebih-lebihan dalam meng-interprestasikan sikap dan tindakan salah seorang audiens
4. Pengalaman yang gagal.
Keempat hal diatas menyebabkan hilangnya rasa PeDe terhadap diri kita sendiri.
Dan agar kepercayaan diri kita muncul kembali apa yang harus di lakukan? Dibawah ini adalah tips yang dapat digunakan, ingat jangan hanya dibaca!
Tips ‘PeDe’ (Percaya Diri)
1. Cari penyebab kenapa (kita) rendah diri (Intelegence Analysis)
2. Atasi kelemahan (Weakness)
3. Kembangkan bakat kita (Strong)
4. Nikmati setiap keberhasilan (Syukur Nikmat)
5. Bebas diri kita dari opini orang lain (Impression)
Kembangkan bakat melalui hobby
7. Cita-cita yang tinggi
8. Jangan terlalu membandingkan dengan orang lain
9. Membuat motto hidup
10. Mulai dari yang terkecil
11. Mulai dari diri kita
12. Mulai saat ini juga
Kita Adalah Orang Yang Berwawasan Tetapi…
Kita Perlu menelaah…Kita Perlu Menyeleksi…Kita Perlu Menyusun…Kita Perlu Menghafalkan…topik pidato.
Jadilah seperti seekor lebah,
ia memakan yang baik dan mengeluarkan yang baik pula
(DR. Akrim Ridha)
Yang tidak memiliki sesuatu tidak akan mampu memberikan.
Apakah kita mampu menyampaikan sebuah presentasi atau pidato dihadapan para audiens mengenai topik “Urgensi Waktu”, “Retorika Dakwah” atau “Gerakan Islam dalam Konstalasi Politik di Indonesia”
Syaikh Yusuf Qardhawi mengatakan,”Seseorang yang tidak memiliki ilmu dan pengetahuan, maka bagaimana ia akan memberikan nya kepada orang lain?”
Untuk dapat memberikan sesuatu maka sebelumnya kita harus memiliki sesuatu, sampaikanalah daripadaku walaupun satu ayat (al hadits).
Sebelum berorasi atau berpidato sebelumnya kita harus menguasai apa yang hendak kita sampaikan. Dan untuk itu di perlukan langkah-langkah awal :
1. Apa Yang di Telaah?
Pengetahuan tentang berbagai sumber pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan yang di perlukan, adalah satu pintu gerbang yang luas untuk meningkatkan wawasan kita. Open Book, ya itulah yang harus kita lakukan menelaah materi-materi yang hendak di sampaikan dengan cara membuka dan membaca buku. Tidak hanya buku, koran, internet, Al Qur-an, atau sumber informasi lainnya. Bukannkah ayat yang pertama kali turun berbunyi IQRA…Bacalah! Dan banyak surat-surat dalam Al qur-an diawali dengan “Apakah kamu tidak perhatikan…” (‘Alam thara…), “Apakah kamu tidak lihat…” (‘Alam Nasyrah…”).
Hal ini menandakan bahwa kita harus banyak menelaah.
2. Apa Yang Di Seleksi?
Seekor lebih harus mengisap sejuta bunga agar bisa memberikan kepada kita seratus gram madu. Kemudia ia harus memilih sejuta bunga ini dari jenis yang paling harum dan paling baik. Ia tidak pernah hinggap kecuali pada bunga yang harum dan baik.
Rasulullah saw bersabda,”Demi Dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, sesungguhnya perumpamaan seorang mukmin adalah perumpamaan seekor lebah. Ia memakan yang baik dan memberikan yang baik” (HR. Ahmad)
Tanggung jawab seorang pembicara di depan publik sangat besar, karenanya ia harus memainkan peran tersebut. Dalam membuat materi pidato atau pemikiran yang hendak di sampaikan seorang pembicara harus mengambil sumber pemikirannya dari nash-nash yang shahih melalui bacaan dan perenungan, yang di iringi perasaan tulus terhadap apa yang dibaca, di dengar dan di lihatnya. Agar setelah itu dapat menyuguhkan kepada manusia minuman yang sega dan bersih.
“Didalamnya terdapat obat penawar bagi umat manusia” (QS. An Nahl 16:69)
Agar dapat memperbaiki peran penyeleksian ini, hendaknya kita tidak membiarkan begitu saja Al qur’an dan hadist-hadits nabi dan mutiara-mutiara yang kita temukan di berbagai buku-buku atau bacaan-bacaan berkala seperti koran, majalah. Kita harus mengumpulkan dan menyusunnya, serta memberikan judul untuknya.
3. Apa Yang Di Susun?
Bagaimana kita menyusun sebuah teks pidato atau bahan pemikiran?
· Buatlah sebuah “pikiran utama” (tema yang hendak dibicarakan)
· Kemudian buatlah “pikiran-pikiran penjelas” yang menjelaskan pikiran utama
· Untuk memperkaya wawasan (tsaqofah) koleksi berbagai buku yang sesuai dengan tema yang hendak disampaikan (sumber pemikiran)
· Jangan lupakan Al qur’an dan Al Hadits sebagai sumber utama
· Serta banyak membaca dan mencari informasi dari berbagai media untuk memperkaya referensi
· Perhatikan hal-hal yang up to date (berita terkini) agar tidak kering terhadap hal-hal yang sedang in
4. Apa Yang Di Hafal?
Carnegie, seorang penulis Amerika dalam bukunya Seni Berpidato, mengatakan, “Universitas Al Azhar di Kairo termasuk salah satu universitas terbesar di dunia. Ini adalah sebuah lembaga Islam yang memiliki lebih dari dua puluh ribu mahasiswa. Seorang mahasiswa yang ingin masuk universitas ini diharuskan telah menghafal Al qur’an, sebuah kitab suci yang sangat tebal. Bacaan Al qur’an ini biasanya membutuhkan waktu selama tiga hari”.
Kita harus menghafal setiap informasi yang didapatkan karena dengan menghafal kita tidak perlu lagi membawa buku-buku yang sangat banyak. Otak kitalah yang bertindak sebagai komputer berjalan. Sehingga setiap informasi yang di butuhkan dapat ditemukan dengan cepat (tidak tergantung teks letter). Masih ingatkan kita dengan kisah Abu Hamid Al Ghazali dengan seorang begal yang telah berhasil merampas semua yang dimilikinya kecuali sebuah kantong besar. Al Ghazali enggan menyerahkan kantong itu, sementara sang begal tetap ngotot untuk merampasnya. Lalu Al Ghazali berkata,”kantong ini berisi semua ilmu yang telah saya pelajari, kalau kamu mengambilnya dariku niscaya aku akan menjadi orang bodoh.” Sang begal pun merasa heran dan memaki-maki Al Ghazali karena tidak menghafal ilmu yang di pelajarinya. Sejak saat itu Al Ghazali belajar menghafal ilmu dan tidak cukup hanya mencatat saja.
Berusalah menghafal sebagian dari pengetahuan, agar memudahkan kita dalam menyiapkan dan menghafal pidato serta opini yang hendak kita lontarkan.
Dalam memberikan sebuah ceramah, pidato ataupun menyatakan opini tidak cukup hanya hal-hal yang telah di jelaskan diatas saja . Ada satu hal lagi yang di perlukan paling tidak yaitu sebuah komunkasi efektif.
Komunikasi Yang Efektif
Komunikasi yang efektif adalah salah faktor keberhasilan dalam berorasi di depan publik. Sebagian besar masalah yang timbul dalam berorasi atau berpidato adalah masalah komunikasi. Jika memiliki kemampuan berkomunikasi yang efektif akan mampu meminimalisir konflik yang terjadi. Untuk itu kita harus memahami prinsip dasar komunikasi. Komunikasi sesungguhnya terbagi menjadi
Komunikasi visual 66% , artinya contoh perilaku dalam interaksi lebih dominan mempercepat terjadinya saling pengertian terhadap karakter sesama anggota.
Komunikasi vokal 25%, artinya kemampuan mengartikulasikan pikiran dan perasaan. Terkadang kesalahan dalam mengartikulasikan keinginan akan berdampak fatal terhadap komunikasi.
Komunikasi verbal 7%, artinya kemampuan dalam memilih jenis kata dan menata jenis kalimat. Hal ini sangat di pengaruhi oleh budaya dan kebiasaan setiap anggota. Jika tidak di cermati akan sangat berbahaya.
Sikap Komunikasi Asertif, adalah sikap proaktif dan sinergis. Menilai diri sendiri sama dengan orang lain sehingga memacu orang lain mengembangkan sikap menghargai. Sikap komunikasi submasif adalah sikap inferior dan introvet. Merasa lebih rendah dari orang lain sehingga cenderung mengalah dan lambat dalam merespon atau mengambil tanggung jawab.
Sikap komunikasi agresif adalah sikap yang selalu mau menang sendiri, menuntut untuk di perhatikan, dan selalu merasa diri sendiri yang layak untuk didengarkan dan diikuti.
Prinsip Komunikasi
Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, maka di perlukan prinsip komunikasi yang penting yaitu:
1. Seluruh perilaku mengkomunikasikan sesuatu dengan sengaja atau tidak sengaja (tangan, mulut, wajah,baju,dll)
2. Komunikasi non verbal sangat berpengaruh terhadap persepsi
3. Konteks berpengaruh terhadap komunikasi
4. Arti terdapat pada orang bukan pada kata-kata. Kita masih melihat siapa yang berbicara dan apa yang di katakannya, dan kita umumnya tidak melihat kata-kata dan cara penyampaiannya.
5. Komunikasi memerlukan keternukaan dari pengirim dan penerima
Untuk di renungkan:
Untuk dapat menghasilkan kesan yang cepat, di perlukan suatu perencanaan dan pelatihan yang baik. Seseorang harus mampu menjual kesan-kesan dirinya (first impression) sebelum menawarkan gagasan dan rencana tindakannya.Jenis Komunikasi dan Manfaatny

1. Komunikasi dengan Diri Sendiri

a. Berbicara dengan diri sendiri
b. Mengenal diri sendiri, mengevaluasi diri sendiri
c. Meyakinkan diri-sendiri
d. Mempertimbangkan keputusan yang di ambil
e. Menyiapkan pesan-pesan yang akan di sampaikan kepada orang lain
2. Komunikasi dan hubungan antarpribadi (interpersonal)
a. Berinteraksi dengan orang lain
b. Membina hubungan, memelihara hubungan
c. Merusak dan membangun hubungan
3. Komunikasi antar kelompok kecil dan organisasi
a. Memecahkan masalah bersama
b. Mengembangkan gagasan baru
c. Berbagi pengetahuan dan pengalaman
d. Menjalankan kehidupan kerja dan sosial
e. Pertemuan formal dan nonformal
4. Komunikasi terbuka
a. Membujuk orang
b. Memberikan informasi dan meyakinkan orang
c. Mengubah sikap sikap dan pendapat orang lain
5. Komunikasi massa
a. Menghibur massa
b. Memberi informasi dan mendidik massa
c. Membujuk massa
6. Komunikasi antar budaya
a. Memahami cara berpikir baru
b. Memahami cara berperilaku baru
c. Kerjasama antar peradaban
d. Melakukan regenerasi

Komunikasi adalah alat yang penting untuk dapat berhubungan dengan orang lain, baik individu maupun kelompok.
Teknik Komunikasi
Secara global , komunikasi akan sukses jika menggunkan teknik berikut:
1. Ucapan yang jelas dan idenya tidak ada makna ganda, utuh
2. Berbicaralah yang tegas, tidak berbelit-belit
3. Memahami betul siapa yang diajak bicara, hadapkan wajah dan badan, pahami pikiran lawan bicara
Menyampaikan dengan tidak berbelit-belit, tulus dan terbuka
5. Sampaikanlah informasi dengan bahasa penerima informasi/kaumnya
6. Menyampaikan dengan kemampuan dan kadar akal penerima informasi
7. Berikan contoh yang nyata. Lebih baik jadikan diri kita sebagai model langsung
8. Sampaikan informasi dengan lemah lembut, agar berkesan dan, memori, membuat sadar dan menimbulkan kecemasan yang mencerahkan
9. Sampaikan informasi dengan global dan tujuannya, kemudian baru detilnya
10. Kendalikan noise dan carilah umpan balik untuk meyakinkan informasi kita diterima. Contoh dengan bertanya atau menyuruh mengulanginya
Tidak ada teori yang lebih baik, sebelum kita mencobanya dan kemudian mengevaluasi teori tersebut, dan tidak ada hak kita untuk membantah atau menolak sebuah hipotesa, sebelum kita membuktikan terlebih dahulu hipotesa tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar